Kamis, 08 Desember 2011

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA LAJU REAKSI

Sonang Sitorus*
*Guru Kimia Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tebing Tinggi, Jl Sutomo No 15
Tebing Tinggi, Sumatera Utara, e-mail : ulysitorus81@yahoo.com

Abstrak
Pokok bahasan laju reaksi adalah salah satu pokok bahasan kimia di SMA yang membahas tentang konsentrasi larutan, faktor-faktor yang mempercepat laju reaksi, orde reaksi dan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Pada pokok bahasan ini diperlukan beberapa eksperimen yang membutuhkan kecakapan siswa dan kolaborasi antara sesama siswa. Untuk situasi ini diperlukan metode pembelajaran yang sesuai agar keberhasilan pencapaian ketuntasan belajar maksimal. Untuk menyajikan materi ini maka dipilihlah suatu model pembelajaran berbasis masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)pengaruh hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model berbasis masalah dengan siswa yang belajar tanpa model berbasis masalah (konvensional), (2) pengaruh tingkat motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan model berbasis masalah dengan siswa yang belajar tanpa model berbasis masalah, (3) apakah ada interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan motivasi belajar dalam mempengaruhi hasil belajar kimia. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lumban Julu.
Hasil pengujian hipotesa menunjukkan bahwa (1) hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan hasil belajar belajar kimia siswa tanpa menggunakan model berbasis masalah yang ditunjukkan dari nilai proporsi p (Sig (2-tailed)) = 0,00(harga p < 0,05), (2) motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan model berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar tanpa model berbasis masalah ditunjukkan dari nilai proporsi p (Sig (2-tailed)) = 0,00(harga p < 0,05), (3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran berbasis masalah dan motivasi belajar siswa dalam mempengaruhi hasil belajar kimia yang ditunjukkan dengan nilai signifikan (0,44 > 0,05)
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran berbasis masalah dan motivasi belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan tanpa menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

Kata Kunci :   Metode Pembelajaran, Motivasi Belajar, Laju Reaksi, Prestasi Belajar, Siswa      SMA.


Pendahuluan
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang menjelaskan tentang susunan, komposisi, sifat-sifat dan perubahan materi serta perubahan energi yang menyertai perubahan- perubahan materi tersebut. Sebagian besar materi ilmu kimia tergolong abstrak, sehingga kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran kimia sebagai mata pelajaran yang sulit, sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya (Situmorang,dkk 2009). Hal ini mungkin disebabkan proses pembelajaran kimia di berbagai sekolah selama ini terlihat kurang menarik, pembelajaran hanya satu arah, kimia disajikan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang harus dihafal mati oleh siswa sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia, suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran kimia. (Sunyono, 2009).
Di samping itu, guru kurang memberikan contoh-contoh konkrit tentang reaksi-reaksi yang ada di lingkungan sekitar dan sering dijumpai siswa (Ratnasari, 2006). Salah satu pokok bahasan yang dianggap siswa sulit untuk dipelajari adalah tentang laju reaksi. Pokok bahasan laju reaksi adalah salah satu pokok bahasan kimia di SMA yang membahas tentang konsentrasi larutan, faktor-faktor yang mempercepat laju reaksi, orde reaksi dan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Pada pokok bahasan ini diperlukan beberapa eksperimen yang membutuhkan kecakapan siswa dan kolaborasi antara sesama siswa. Untuk situasi ini diperlukan metode pembelajaran yang sesuai agar keberhasilan pencapaian ketuntasan belajar maksimal. Kemampuan mengajar guru adalah salah satu faktor yang dapat menentukan hasil belajar siswa. Beberapa diantaranya adalah kemampuan menggunakan pendekatan pengajaran atau pembelajaran, mengelola kelas dan penguasaan materi.
Hakekat Motivasi Belajar
Motivasi pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang ada diluar diri. Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut, maka motivasi juga semakin tinggi. Dalam psikologi, motivasi diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan. Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar (Supriyono, 2004). Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2006).
Sesuai dengan pengertian motivasi yang dijelaskan di atas, bahwa tidak perlu dipertanyakan lagi pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar. Di dalam kenyataan motivasi belajar tidak selalu timbul dalam diri siswa. Ada sebagian siswa yang mempunyai motivasi tinggi namun ada juga yang rendah motivasinya. Oleh karena itu seorang guru harus bisa membangkitkan motivasi yang terdapat dalam diri siswa agar dapat mencapai tujuan belajar. Bagi siswa yang sudah mempunyai motivasi, guru bertugas untuk meningkatkan motivasinya, jika guru dapat membangun motivasi siswa terhadap pelajaran yang diajarkan, diharapkan seterusnya siswa akan meminati pelajaran tersebut.
Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi belajar yang baik.
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan kepada psikologi koqnitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini siswa akan berkembang secara utuh. Artinya perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek koqnitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi (Suyanti, 2010)
 Konsep Dasar dan Karakteristik Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

            Metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari (PBL) yaitu :
1.    PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.    Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa ada masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.    Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta.
Untuk mengimplementasikan PBL, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan dapat diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau peristiwa kemasyarakatan.
Dengan menggunakan smetode pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa lebih berpikir kritis, dapat mengembangkan pengetahuannya tentang masalah yang ada dilingkungannya baik itu dilingkungan rumah maupun dilingkungan masyarakat tempat tinggalnya, sehingga didalam kehidupannya nanti dapat menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapinya.
            Pengaruh Problem-Based Learning (PBL) pada Pengetahuan Tentang Kekeliruan dan Kecurangan menyimpulkan tidak terdapat perbedaan antara problem based learning denga kelas kontrol mengenai jenis kekeliruan dan kecurangan. Peneliti menduga hal ini dikarenakan tidak spesifiknya metode PBL untuk mengevaluasi jenis kekeliruan dan kecurangan yang biasa terjadi (Riki Ferdinan,2006). Kajian Tentang Problem Based-Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa pada materi pokok Larutan Penyangga menyimpulkan (1) Adanya perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode PBL dan siswa yang diajar dengan metode konvensional, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 78,7 dengan standar deviasi 5,89 dan 91,9 % ketuntasan, sedangkan kelas kontrol rata-ratanya 72,3 dengan standar deviasi 4,4 dan 75,7 % ketuntasan. (2) Keterampilan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda dengan rata-rata hasil observasi berturut-turut 73,8 % dan 33,4 %. (3) Siswa senang diajar dengan metode PBL, tampak dari hasil angket yang disebarkan diperoleh 41 % sangat setuju, 51% setuju, dan 8 % tidak setuju memberikan tanggapan pembelajaran dengan menggunakan metodel PBL. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan PBL dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, hasil belajar, dan keterampilan pemecahan masalah siswa dalam bidang kimia khususnya  pada materi larutan penyangga (Setyaningsih, Sri Oktavia, 2008)
            Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran fisika di SMU dalam upaya menanggulangi miskonsepsi siswa. Adapun hasilnya sebagai berikut: (1) Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dapat menurunkan miskonsepsi sebesar 18 % lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional yang hanya 7,7 %. (2). Interaksi antara metode pembelajaran berbasis masalah dengan kemampuan berpikir logis secara bersama-sama berpengaruh sebesar 3,1 % terhadap menurunnya kesalahan konsep yang dialami siswa (Simarmata, 2008).
            Dengan melihat keberhasilan pengajaran menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah dalam penyampaian materi pelajaran kimia dan bidang studi lainnya, maka peneliti beranggapan bahwa metode pembelajaran berbasis masalah juga akan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap Laju Reaksi.
Laju Reaksi
            Dalam kurikulum SMA, pokok bahasan Laju Reaksi diajarkan pada semester pertama dikelas XI. Laju Reaksi termasuk pokok bahasan yang sulit bagi siswa karena merupakan integrasi dari reaksi kimia dan perhitungan laju reaksi yang terjadi. Dalam laju reaksi selalu berhubungan dengan konsentrasi larutan, faktor-faktor yang mempercepat laju reaksi, orde reaksi dan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Merubah konsentrasi dari suatu zat di dalam suatu reaksi biasanya merubah juga laju reaksi. Persamaan laju menggambarkan perubahaan ini secara matematis. Order reaksi adalah bagian dari persamaan laju. Bagaimanapun, untuk lebih formal dan matematis dalam menentukan laju suatu reaksi, laju biasanya diukur dengan melihat berapa cepat konsentrasi suatu reaktan berkurang pada waktu tertentu.
 Metode Penelitian
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Lumban Julu. Sedangkan sampel penelitian adalah sebanyak 2 kelas yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan secara acak (random sampling) sebagai kelas perlakuan. Penelitian ini adalah bersifat eksperimental, dengan melibatkan dua perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol (Kelompok A : kelas yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis masalah, Kelompok B : kelas yang dibelajarkan tanpa metode pembelajaran berbasis masalah).
Prosedur Penelitian meliputi  penyusunan materi pelajaran, pemberian pengajaran dan pengumpulan data. Untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar siswa, terlebih dahulu dilakukan langkah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk kedua kelompok penelitian dengan materi ajar laju reaksi  yang terdapat pada materi kelas XI IPA. Dalam pelaksanaan penelitian digunakan dua kelas paralel. Sebelum perlakuan pengajaran, terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dahulu dilaksanakan test awal (pretest) dengan materi ajar laju reaksi. Pretest bertujuan untuk mengukur kemampuan mahasiswa terhadap pokok bahasan laju reaksi, kemudian dilanjutkan pengajaran dengan penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah untuk kelompok eksperimen dan tanpa metode pembelajaran berbasis masalah untuk kelompok kontrol. Untuk memperoleh data tentang pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah dan motivasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan  test akhir (post test). Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengumpulan data tentang motivasi belajar siswa dan data tentang hasil belajar siswa.
Hasil Dan Pembahasan
1.    Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dan Tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (TPBL) Terhadap Hasil Belajar Laju Reaksi di SMA Negeri 1 Lumban Julu.
Pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan tanpa metode pembelajaran berbasis masalah (TPBL) terhadap hasil belajar laju reaksi di SMA Negeri 1 Lumban Julu dapat dilihat pada tabel 1.



Tabel 1. Data Pembelajaran Berbasis Masalah dan Tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Paired Samples Statistics


Mean
N
Std.Deviasi
Std.Error Mean
Pair 1
TPBL
28,00
35
8,29
1,40
PBL
52,52
35
11,64
1,97



Rata-rata skor hasil belajar siswa tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebesar 28,00 (dengan standar deviasi 8,29 standar error rata-rata 1,40). Hasil ini meningkat setelah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dengan rata-rata hasil belajar menjadi 52,52 (dengan standar deviasi 11,64 dan standar deviasi rata-rata 1,97). Hasil belajar siswa dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar Tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.    Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dan Tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Motivasi Belajar Laju Reaksi di SMA Negeri 1 Lumban Julu
Pengaruh metode pembelajaran berbasis masalah dan tanpa metode pembelajaran berbasis masalah terhadap motivasi belajar laju reaksi di SMA Negeri 1 Lumban Julu dapat dilihat pada tabel 2



Tabel 2. Statistik Motivasi Kelompok Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Eksperimen) dan Tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Kontrol)

Paired Samples Statistics

Mean
N
Std.Deviasi
Std.Error Mean
Pair 1
Motivasi Eksperimen
77,63
35
4,92
0,83

Motivasi Kontrol
73,17
35
4,35
0,74
      


Rata-rata motivasi belajar siswa dengan Tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebesar 73,17 (dengan standar deviasi 4,35 dan standar error 0,74). Motivasi belajar siswa meningkat dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dengan rata-rata hasil belajar menjadi 77,63 (dengan standar deviasi 4,92 dan standar error 0,83). Motivasi belajar siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah lebih baik dibandingkan dengan motivasi belajar Tanpa Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.    Pengaruh Tingkat Motivasi Terhadap Keberhasilan Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dan Tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah di SMA Negeri 1 Lumban Julu.
Tingkat motivasi belajar dan hasil belajar menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dan Tanpa Metode Pembelajaran Berbasis Masalah siswa di SMA Negeri 1 Lumban Julu seperti tabel 3.


Tabel 3. Hubungan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Tingkat Motivasi Belajar
 Laju Reaksi
Test of Between –Subjects Effects
Dependent Variable : nilai
Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Siq
Corrected Model
Intercept
Motivasi
Metode
Motivasi*Model
Error
Total
Corrected Total
0,59 (a)
5,96
0,42
0,10
0,17
0,63
8,67
1,22
31
1
20
1
10
38
70
69
0,02
5,96
0,02
0,10
0,02
0,02
1,16
362,30
1,29
6,32
1,02
0,33
0,00
0,24
0,02
0,44
 
Nilai signifikan > α yaitu  0,44 > 0,05 maka tidak ada pengaruh antara tingkat motivasi terhadap keberhasilan belajar pada laju reaksi melalui Metode  Pembelajaran Berbasis Masalah di SMA Negeri 1 Lumban Julu.

Kesimpulan Dan Saran
            Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengajaran kimia Laju Reaksi dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah memudahkan siswa memahami konsep dasar kimia dan membangkitkan motivasi belajar siswa. Penyampaian materi pelajaran kimia dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah memberikan kesan pengajaran yang lebih bermakna dibandingkan dengan pengajaran konvensional karena penyampaian materi pelajaran kimia dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah siswa langsung diperhadapkan dengan masalah sehingga siswa termotivasi untuk memecahkannya.

Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih disampaikan kepada kepala sekolah SMA dan Wakil kepala sekolah SMA Negeri 1 Lumban Julu yang telah turut membantu terlaksananya penelitian ini.


Daftar Pustaka
Djamarah,Bahri,S.,(2002), Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta

Hamalik, Oemar.,(2005), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta
Napitupulu,M., (2009), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa,Tesis Program Studi Kimia   Program Pascasarjana UNIMED, Medan

Roestyah, NK., (2001), Strategi BelajarMengajar, Rineka Cipta, Jakarta

Safrimi, (2007), Pengaruh Metode Pembelajaran dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil  Belajar Kimia Siswa SMA Negeri 1 Medan, Tesis Program Studi Kimia Program Pascasarjana UNIMED, Medan

Setyaningsih, (2008), Kajian Tentang Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Pemecahan Masalah Pada Materi Larutan Penyangga, FMIPA Universitas Negeri Malang

Situmorang,M., (2010), Keefektivitasan Media Komputer Dalam Meningkatkan Penguasaan Kimia Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Pada Pengajaran Materi dan Perubahannya, Arikel Publikasi Ilmiah, FMIPA Universitas Negeri Medan

Suyanti, R.D., (2010), Strategi Pembelajaran Kimia, Graha Ilmu, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar